18 April 2007

Import Otak

Menurut anda, komoditas apakah yang hampir tidak dimiliki oleh negara ini dan sepatutnya untuk diimport? Kejujuran? Hampir benar, tapi bukan itu yang saya maksud. Jawabannya: otak! (Mungkin anda sudah tahu jawabannya ini karena telah membaca judul di atas). Bukan, bukan otak sapi yang nikmat dan lezat itu yang saya maksud di sini, melainkan otak manusia. Ya, otak manusia. Negara ini sangat sarat dengan otak-otak yang berkualitas sehingga menurut saya negeri ini harus dengan segera mengimport otak dari luar negeri sana. Akui saja, bangsa kita ini dipenuhi oleh orang-orang yang (maaf) tidak memiliki otak, atau andai pun mereka punya, bukanlah otak yang berkualitas baik dan bahkan tidak layak disebut sebagai 'otak' (otak Made In China mungkin). Bukan maksud saya untuk merasa lebih pintar atau bagaimana, namun memang kenyataan yang terjadi di negara kita ini berkata demikian. Negara kita ini memang kaya akan SDM, tetapi bila mereka tidak dilengkapi dengan otak yang layak apa gunanya? Dari pejabat-pejabat tinggi tukang korup di atas hingga supir angkot yang merasa paling benar di bawah. Negara ini dijalankan oleh manusia-manusia tanpa otak.

Perasaan 'prihatin' saya ini sebenarnya disebabkan oleh berita yang saya lihat beberapa hari yang lalu di televisi, berita yang menyangkut kasus IPDN (no comment to this one). Saya melihat sebuah kenyataan tragis yang menginspirasi saya menulis post ini. Tahukah anda, bahwa seorang praja yang telah menjadi tersangka kasus pembunuhan seorang praja IPDN beberapa tahun lalu sekarang telah menjadi seorang ajudan bupati? Lebih parah lagi, tersangka tanpa otak tersebut mendapat surat rekomendasi dari gubernur! Tidakkah anda merasa kesal? Bila anda tidak merasa kesal dan menganggap hal tersebut lumrah-lumrah saja, saya mempertanyakan keberadaan otak anda.

Lalu, adakah solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini? Ada! Saran saya, sebaiknya pemerintah memberlakukan apa yang telah dilakukan Tuan Adolf Hitler pada zaman Nazi dahulu. Masukkan orang-orang tanpa otak ini ke suatu kamp konsentrasi, lalu bantai mereka sampai habis. Tapi tentu saja cara seperti ini pasti akan mendapat banyak kecaman dari negara-negara lain terutama Amerika Serikat dan pemimpinnya Sang Iblis (semoga saja Mr. Barack Obama dapat menjadi pengganti Sang Iblis tahun depan, amin). Negeri kita akan diembargo, dan malah akan menambah jumlah orang-orang tak berotak. Adakah cara lain yang lebih damai dan tidak mengundang masalah? Ada juga! Kita import otak dari para profesor di Stanford, Oxford, Cambridge, yang sudah meninggal lalu kita cangkokkan otak mereka ke kepala para pejabat kita yang disinyalir tidak memiliki otak (kita utamakan dulu pejabat-pejabat tinggi yang tidak memiliki otak, baru setelah itu orang-orang bawahannya, baru orang-orang seperti supir bus yang menganggap jalanan adalah miliknya, dll. Ingat, birokrasi harus tetap berjalan!). Tapi lagi-lagi, ide seperti ini pasti akan ditolak mentah-mentah mengingat yang berwenang terhadap hal-hal seperti di atas itu juga tidak memiliki otak. Jadi singkat kata, tidak ada solusi. Kita harus ikut membuang otak kita. Remember, if you can't fight them, join them!

No comments: